TEMPO.CO, Berlin -Hari ini 88 tahun yang lalu, Adolf Hitler berkuasa memimpin Jerman dengan gelar Führer. Kepemimpinan Hitler dimulai usai kematian Presiden Jerman Paul von Hindenburg. Hitler lantas mengkomandoi Jerman dengan ideologi fasis yang diusungnya.
Gerakan Hitler dimotori oleh Nazi, partai berideologi totalitarian Jerman yang dibentuknya.
Mengutip buku “Hidup dan Mati Adolf Hitler” karya Agus Nur Cahyo, Hitler bergabung dengan Partai Buruh Jerman pada September 1919 dan menjadi pemimpin propaganda. Bergabungnya Hitler membuat Partai Buruh Jerman berkembang pesat.
Hitler dengan cemerlang memanfaatkan kekacauan di masa-masa awal Republik Weimar, guna menciptakan suatu gerakan yang pada akhirnya menjadi kekuatan politik utama di Jerman.
Pada 1920, nama Partai Buruh Jerman diubah oleh Hitler menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman, yang disingkat menjadi Partai Nazi.
Memasuki tahun 1921, Hitler yang sangat jago dalam melancarkan propaganda sehingga namanya pun semakin bergaung di luar partainya. Pada Juli 1921, Hitler resmi dinobatkan sebagai ketua partai.
Adolf Hitler dan Naiknya Partai Nazi
Melansir laman United States Holocaust Memorial Museum, ketika pemilu parlemen Jerman digelar September 1930, yakni hampir setahun usai masa Depresi Besar, Nazi secara mengejutkan sukses meraup 18 persen suara, menjadikan partai tersebut menjadi yang terbesar kedua di Jerman.
Adolf Hitler bersama Nazi mendapatkan pengikut melalui janji-janji untuk menciptakan Jerman yang kuat, yakni:
- Memperbaiki kondisi ekonomi dan membuat orang kembali bekerja
- Mengembalikan Jerman ke status kekuatan besar Eropa, bahkan dunia
- Memperoleh kembali wilayah yang lepas dari genggaman Jerman dalam Perang Dunia I
- Menciptakan pemerintahan Jerman otoriter yang kuat
- Menyatukan seluruh warga Jerman berdasarkan garis ras dan etnis.
Selain itu, Nazi memainkan harapan, ketakutan, dan prasangka orang-orang Jerman. Mereka juga menyediakan kambing hitam, yakni kaum Yahudi dan Komunis yang dianggap harus disalahkan atas semua permasalahan Jerman. Klaim ini merupakan bagian dari ideologi antisemit dan rasis Nazi.
Dengan pendekatan ini, Nazi semakin banyak dipercaya pemilih pada awal 1930-an. Dalam pemilu parlemen pada Juli 1932, Nazi memenangkan 37 persen suara, angka yang lebih banyak daripada yang diperoleh partai lain.
Pada November 1932, suara yang diperoleh Nazi turun menjadi 33 persen meskipun terbilang masih lebih banyak daripada yang diperoleh partai lain. Perolehan angka tersebut membuat Partai Nazi berhasil meraup 230 kursi dari 608 kursi di Parlemen Jerman.
Kesuksesan Nazi dalam pemilu membuat mereka...